Tuesday 20 September 2016

Gencatan Senjata Syria Berakhir, Konvoi Kemanusiaan Diserang


Diterbitkan: Selasa, 20 September 2016 9:59 AM


DAMSYIK: Gencatan senjata di Syria berakhir pada lewat Isnin apabila tentera kerajaan mengebom kumpulan konvoi misi kemanusiaan yang menyaksikan sekurang-kurangnya 32 orang terbunuh.

Menurut laporan Pertubuhan Pemantau Hak Asasi Manusia di negara itu, dalam kejadian tersebut, jet tempur kerajaan Syria melancarkan berpuluh-puluh serangan udara di Aleppo dan kawasan sekitarnya.

Tambah laporan terbabit, lori-lori yang membawa bantuan kemanusiaan turut dibedil ketika memasuki kawasan pekan Urm al-Kubra, menyebabkan 18 daripada 31 trak musnah.

"Seramai 12 pemandu Kumpulan Palang Merah disahkan terbunuh dalam serangan tersebut," jelas pertubuhan itu dalam kenyataannya.

Sementara itu, Wakil Khas Pertubuhan Bangsa-Bangsa Bersatu (PBB) ke Syria, Staffan de Mistura mengecam serangan udara terbabit yang menjadikan kumpulan misi kemanusiaan dan orang awam sebagai sasaran.

"Kami amat terkejut dengan insiden tersebut.

"Konvoi bantuan itu merupakan harapan untuk membantu orang awam yang terjejas akibat perang," katanya seperti dilaporkan portal Al Jazeera.

Terdahulu, tentera Syria mengisytiharkan gencatan senjata yang berkuatkuasa selama tujuh hari, hasil usaha Rusia dan Amerika Syarikat (AS), berakhir selepas kerajaan dan kumpulan penentang saling berbalah berhubung keganasan yang semakin meningkat.

Tentera Rusia dalam kenyataannya berkata, kumpulan penentang melancarkan serangan besar-besaran ke atas kedudukan tentera kerajaan di kawasan barat laut Aleppo, menyebabkan askar rejim bertindak balas.

"Pihak penentang menggunakan serangan artileri daripada pelancar roket dan kereta kebal dalam serangan tersebu," jelasnya.

Gencatan Senjata Syria Berakhir, Konvoi Kemanusiaan Diserang


Diterbitkan: Selasa, 20 September 2016 9:59 AM

DAMSYIK: Gencatan senjata di Syria berakhir pada lewat Isnin apabila tentera kerajaan mengebom kumpulan konvoi misi kemanusiaan yang menyaksikan sekurang-kurangnya 32 orang terbunuh.
Menurut laporan Pertubuhan Pemantau Hak Asasi Manusia di negara itu, dalam kejadian tersebut, jet tempur kerajaan Syria melancarkan berpuluh-puluh serangan udara di Aleppo dan kawasan sekitarnya.
Tambah laporan terbabit, lori-lori yang membawa bantuan kemanusiaan turut dibedil ketika memasuki kawasan pekan Urm al-Kubra, menyebabkan 18 daripada 31 trak musnah.
"Seramai 12 pemandu Kumpulan Palang Merah disahkan terbunuh dalam serangan tersebut," jelas pertubuhan itu dalam kenyataannya.
Sementara itu, Wakil Khas Pertubuhan Bangsa-Bangsa Bersatu (PBB) ke Syria, Staffan de Mistura mengecam serangan udara terbabit yang menjadikan kumpulan misi kemanusiaan dan orang awam sebagai sasaran.
"Kami amat terkejut dengan insiden tersebut.
"Konvoi bantuan itu merupakan harapan untuk membantu orang awam yang terjejas akibat perang," katanya seperti dilaporkan portal Al Jazeera.
Terdahulu, tentera Syria mengisytiharkan gencatan senjata yang berkuatkuasa selama tujuh hari, hasil usaha Rusia dan Amerika Syarikat (AS), berakhir selepas kerajaan dan kumpulan penentang saling berbalah berhubung keganasan yang semakin meningkat.
Tentera Rusia dalam kenyataannya berkata, kumpulan penentang melancarkan serangan besar-besaran ke atas kedudukan tentera kerajaan di kawasan barat laut Aleppo, menyebabkan askar rejim bertindak balas.
"Pihak penentang menggunakan serangan artileri daripada pelancar roket dan kereta kebal dalam serangan tersebu," jelasnya.

Gencatan senjata Syria gagal



SEKUMPULAN wanita Syria berjalan melintasi bangunan yang musnah di kawasan yang dikuasai kerajaan di kejiranan Jouret al-Shiah di bandar Homs, tengah Russia, semalam. - AFP


Agensi
Beirut: Gencatan senjata Syria yang diusahakan Amerika Syarikat dan Russia berdepan masalah besar semalam dengan seorang pegawai kumpulan penentang berkata, ia secara praktikalnya gagal dan memberi isyarat kumpulan itu bersiap sedia untuk bertempur semula.

Walaupun sudah dicabuli pada hari pertama ia berkuat kuasa seminggu lalu, gencatan senjata berkenaan semakin nyata menuju kegagalan sepenuhnya apabila Russia berkata, jet pakatan yang diketuai Amerika Syarikat untuk memerangi Daish membunuh lebih 60 askar kerajaan Presiden Bashar al-Assad di timur Syria.

Persetujuan Amerika Syarikat-Russia itu adalah gencatan senjata kedua yang diusahakan Washington dan Moscow tahun ini dengan harapan untuk menamatkan peperangan yang memasuki tahun keenam di negara itu dan menyebabkan ratusan ribu orang terbunuh.

Persetujuan itu membawa kepada pengurangan dalam pertempuran sepanjang minggu lalu tetapi keganasan meningkat semula sejak beberapa hari lepas sementara rancangan menghantar bantuan kemanusiaan ke daerah yang dikuasai penentang di timur Aleppo, antara langkah pertama dalam persetujuan berkenaan, ditunda berulang kali.

Ketua Fastaqim, kumpulan penentang terkenal berkata, gencatan senjata itu secara praktikalnya gagal dan sudah berakhir.

Bercakap kepada wartawan di bandar Gaziantep, Turki, Zakaria Malahifji membayangkan, kumpulan penentang bersiap sedia untuk bertempur semula.

Pada masa sama, tentera Syria juga tidak mengumumkan sebarang rancangan untuk melanjutkan gencatan senjata tujuh hari yang dikuatkuasakan sejak 12 September lalu dan berakhir tengah malam kelmarin.
Artikel ini disiarkan pada : Selasa, 20 September 2016 @ 8:06 AM

Al-Jaulani : Perjanjian AS-Rusia di Suriah hanya bertujuan untuk melindungi Assad


 
Pemimpin Jabhat Fatah al-Sham, Abu Muhammad al-Jaulani mengatakan pada hari Sabtu bahwa perjanjian Rusia-Amerika di Suriah bertujuan untuk melindungi daerah yang dikuasai rezim Assad dan memulai permainan di Suriah dengan mengklaim mentargetkan Jabhat Fatah al-Sham. Kemudian, Amerika akan menargetkan pihak lain seperti Ahrar al-Sham dan Jaysh al-Islam untuk melaksanakan proyek politik di kawasan itu.
Dalam wawancara dengan Al Jazeera, al-Jaulani mengutuk perjanjian Rusia-Amerika baru-baru ini, menyatakan bahwa Washington, Moskow, dan Utusan Khusus PBB untuk Suriah, Staffan de Mistura, berkolusi dengan rezim Assad.
Al-Jaulani juga menilai bahwa tujuan rencana ini adalah memberikan dukungan pada rezim untuk mengepung Aleppo, maka perjanjian Rusia-Amerika juga akan mengikuti tujuan itu, dan akhirnya de Mistura akan mengumumkan pengiriman bantuan kemanusiaan.
Pemimpin Jabhat Fatah al-Sham menggambarkan kesepakatan antara Moskow dan Washington sebagai perjanjian militer murni, menekankan bahwa itu mengarah ke tujuan untuk memaksa kelompok oposisi bersenjata Suriah menyerah dan meletakkan senjata mereka. Dia menambahkan bahwa negosiasi yang diumumkan de Mistura juga akan menuntut oposisi untuk menyerah.
Sehubungan dengan pernyataan dari faksi FSA yang mengecam penargetan Jabhat Fatah al-Sham oleh koalisi pimpinan AS, al-Jaulani menunjukkan bahwa faksi FSA sangat mengetahui dengan baik bagaimana perkembangan di wilayah Suriah jika Fatah al- Sham menjadi target dan alasan serangan. Dia mengucapkan terima kasih kepada semua faksi untuk sikap mereka.
Al-Jaulani menganggap bahwa Amerika bersikeras menargetkan Jabhat Fatah al-Sham meskipun Fatah al-Sham telah menyatakan mengakhiri hubungan dengan al-Qaeda. Desakan Fatah al-Sham untuk menjadi kekuatan aktif di arena, dan fakta bahwa mereka berdiri sebagai penghalang proyek yang ditujukan untuk membuat rakyat Suriah menyerah adalah alasan di balik penargetan serangan, kata al-Jaulani . Faksi yang melakukan peran itu, akan menghadapi nasib yang sama, tambahnya.
Dalam hal menargetkan Abu Omar Saraqeb, Komandan Jaysh al-Fatah, oleh pesawat tempur Assad atau koalisi pimpinan AS, al-Jaulani menunjukkan bahwa serangan udara mentargetkan ruang operasi untuk mematahkan blokade Aleppo, bukan mentargetkan Abu Omar Saraqeb secara pribadi .
Tujuannya adalah untuk benar-benar mengepung Aleppo, al-Jaulani mengatakan, menyatakan bahwa penyelidikan awal menunjukkan bahwa pesawat tempur koalisi pimpinan AS adalah pihak yang melakukan serangan.
Orient News

AS menyatakan menyesal atas serangan udara mematikan terhadap pasukan rezim Suriah


 
Rusia menuntut didakannya pertemuan Dewan Keamanan PBB setelah 62 tentara rezim Assad tewas dalam serangan udara koalisi AS.
NEW YORK / WASHINGTON
Amerika Serikat menyatakan telah berbuat kesalahan dengan menyerang pasukan rezim Suriah dalam sebuah serangan udara, “Kami menyesal melakukannya, terutama telah menyebabkan hilangnya nyawa”, seorang pejabat AS mengatakan kepada Anadolu Agency pada hari Sabtu.
“Pesawat koalisi yang melakukan misi percaya bahwa mereka mentargetkan pasukan ISIL dekat Dayr Az Zawr,” kata juru bicara Pentagon Peter Cook dalam sebuah pernyataan yang dikirim ke Anadolu Agency, menggunakan ejaan yang dipakai oleh Pentagon untuk menyebut Deir ez-Zour. Dia menambahkan bahwa AS terus mengumpulkan informasi tentang serangan di dalam wilayah Suriah yang menyebabkan kemarahan Rusia dan rezim Suriah.
Setidaknya 62 tentara rezim Suriah tewas dan hampir 100 lainnya luka-luka pada hari yang sama saat koalisi anti-Daesh melancarkan serangan di sebuah pangkalan militer di Suriah timur, Kementerian Pertahanan Rusia melaporkan.
Setelah pertemuan Dewan Keamanan PBB dimana misi Rusia untuk PBB menyebut mengenai serangan udara mematikan, Duta Besar AS untuk PBB, Samantha Power, menuduh Rusia menarik sebuah “aksi” dengan menuntut adanya rapat.
“Bahkan dengan aksi standar Rusia malam ini, aksi penuh dengan moralisme dan sok, sinis dan munafik,” ungkap Power kepada wartawan.
Pernyataan Power datang setelah duta besar Rusia untuk PBB dilaporkan mengutuk serangan udara selama pertemuan tertutup.
Operasi udara itu dilakukan di dekat bandara Deir ez-Zour menggunakan dua pesawat F-16 dan dua peswat A-10 milik pasukan koalisi, menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh akun Facebook Kementerian Pertahanan Rusia.
Pentagon mengatakan pesawat koalisi melakukan serangan udara di selatan Deir ez-Zour yang “segera dihentikan” setelah Rusia menginformasikan kepada koalisi pimpinan AS “bahwa ada kemungkinan personil dan kendaraan yang ditargetkan adalah bagian dari militer rezim Suriah.”
“Pasukan koalisi percaya bahwa mereka menyerang posisi Daesh yang telah mereka lacak sebelumnya sebelum pemboman,” kata Komando Pusat dalam sebuah pernyataan.
Departemen Pertahanan Australia membenarkan bahwa pesawat beberapa negara termasuk di antaranya milik Australia berpartisipasi dalam operasi koalisi.
“Sementara Suriah tetap menjadi wilayah operasi yang dinamis dan kompleks, Australia tidak akan pernah sengaja menargetkan unit militer rezim Suriah atau secara aktif mendukung Daesh,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Departemen Pertahanan AS menyampaikan belasungkawa kepada keluarga personil rezim Suriah yang tewas atau terluka dalam insiden itu.
Krisis ini terjadi setelah gencatan senjata kemanusiaan disepakati Rusia-AS, dan hanya beberapa hari sebelum Majelis Umum PBB mengumpulkan lebih dari 190 pemimpin dunia untuk KTT tahunan.
AS dan Rusia juga telah sepakat untuk membuat sebuah pusat operasi bersama untuk melaksanakan serangan terhadap Jabhat Fatah al-Sham (Al Nusra) jika perjanjian berlaku selama tujuh hari berturut-turut.
Belum jelas apakah nantinya serangan pada hari Sabtu yang menewaskan pasukan rezim Assad akan berpengaruh pada kesepakatan tersebut.
Anadolu Agency